Partai Pengemis dalam Wuxia

Gambar: dihasilkan menggunakan kecerdasan buatan
Kajian budaya dalam film dan serial televisi China sering kali menggambarkan berbagai aspek sosial dan politik yang mencerminkan dinamika masyarakat. Salah satu tema yang menarik adalah representasi Partai Pengemis (Beggar Sect) dalam berbagai karya sinematik China, terutama yang berlatar belakang wuxia (petulangan seni bela diri di era china kuno). Partai Pengemis sering kali hadir sebagai kelompok yang berada di luar struktur kekuasaan dominan. Namun, mereka juga memiliki relevansi sebagai elemen yang penting dalam narasi politik.
Partai Pengemis sebagai Simbol Subaltern dalam film dan serial televisi China dapat dipahami lebih mendalam jika dilihat dari berbagai aspek yang melibatkan struktur kekuasaan, marginalisasi sosial, dan resistensi budaya. Subaltern, menurut teori pascakolonial, khususnya dalam pemikiran Gayatri Spivak, merujuk pada kelompok-kelompok yang termarjinalkan dari kekuasaan politik dan sosial dominan, sehingga tidak memiliki kapasitas untuk berbicara dalam narasi resmi atau arus utama. Dalam konteks ini, Partai Pengemis dalam dunia sinematik China sering kali berfungsi sebagai personifikasi kelompok subaltern.
Marginalisasi Sosial dan Ekonomi
Partai Pengemis biasanya digambarkan sebagai kelompok yang hidup dalam kemiskinan dan keterasingan, jauh dari kemewahan dan kekuasaan para elit politik atau bangsawan. Mereka tidak memiliki akses langsung terhadap sumber daya ekonomi atau posisi kekuasaan, yang mengunci mereka dalam struktur sosial yang hierarkis. Marginalisasi ini mencerminkan kondisi nyata yang dialami oleh kelompok-kelompok miskin di China pada periode sejarah yang digambarkan dalam film wuxia tradisional.
Namun, meskipun hidup dalam keterbatasan, mereka sering kali disimbolkan sebagai kelompok yang berdaya dalam cara mereka sendiri. Kemandirian dan kebersamaan mereka adalah bentuk perlawanan terhadap sistem sosial yang menindas. Dalam masyarakat yang sangat terstratifikasi, Partai Pengemis tidak tunduk pada struktur hierarkis resmi, melainkan menciptakan struktur alternatif yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dan, dalam beberapa kasus, mempengaruhi dinamika politik.
Tidak Diakui Secara Resmi tetapi Memiliki Agensi
Salah satu ciri khas subaltern dalam teori budaya adalah hilangnya agensi atau kapasitas untuk berbicara dalam wacana dominan. Namun, dalam film dan serial televisi China, Partai Pengemis sering kali memiliki agensi yang kuat meskipun mereka tidak diakui secara resmi oleh negara atau elit politik. Mereka tidak memiliki hak atau otoritas formal, tetapi mereka mampu menciptakan bentuk kekuasaan yang otonom melalui keterampilan bela diri, solidaritas sosial, dan jaringan informasi bawah tanah.
Dalam film seperti “The Legend of the Condor Heroes” (射雕英雄传), kita melihat bagaimana Partai Pengemis mampu memainkan peran penting dalam peristiwa politik yang menentukan, seperti memerangi invasi asing atau melawan kezaliman dalam negeri. Di sini, mereka tidak hanya menjadi objek penderitaan, tetapi juga agen perubahan. Hal ini mencerminkan pandangan bahwa bahkan kelompok yang paling terpinggirkan sekalipun memiliki kemampuan untuk mengubah nasib mereka melalui cara-cara nonkonvensional.
Resistensi terhadap Hegemoni
Dalam konteks kekuasaan, hegemoni mengacu pada dominasi satu kelompok atas kelompok lain yang sering kali didasarkan pada persetujuan, bukan paksaan langsung. Namun, dalam film wuxia, Partai Pengemis sering kali digambarkan sebagai kelompok yang menolak untuk tunduk pada kekuasaan hegemonik. Mereka tidak terikat oleh norma-norma sosial yang berlaku bagi kelas atas atau kekuasaan kerajaan, dan justru memilih untuk hidup di luar sistem yang ada.
Resistensi mereka terhadap kekuasaan hegemonik dapat dilihat sebagai bentuk perjuangan melawan penindasan. Mereka tidak hanya berjuang untuk bertahan hidup dalam kondisi yang sulit, tetapi juga untuk mempertahankan prinsip-prinsip moral dan keadilan. Misalnya, dalam banyak narasi wuxia, Partai Pengemis berperan sebagai penjaga rakyat biasa, melindungi mereka dari eksploitasi para pejabat korup atau bangsawan yang lalim. Ini menciptakan kontradiksi yang menarik: meskipun mereka terpinggirkan secara sosial, mereka memegang peran penting sebagai pelindung etika dan moralitas.
Representasi Kekuatan Kolektif
Salah satu aspek menarik dari Partai Pengemis sebagai subaltern adalah cara mereka merepresentasikan kekuatan kolektif. Sebagai individu, anggota Partai Pengemis mungkin lemah secara ekonomi dan tidak berdaya, tetapi sebagai kelompok, mereka sering kali digambarkan memiliki kekuatan yang luar biasa. Mereka terorganisir dengan baik, memiliki pemimpin yang dihormati, dan mampu menggerakkan massa untuk mencapai tujuan-tujuan sosial dan politik yang lebih besar.
Ini beresonansi dengan gagasan bahwa kelompok-kelompok subaltern, meskipun terpinggirkan secara individu, memiliki potensi besar ketika bersatu. Kekuatan kolektif ini sering kali menjadi ancaman bagi kekuasaan dominan, yang berusaha untuk mempertahankan status quo. Dalam film dan serial televisi, kita melihat bagaimana Partai Pengemis dapat mengalahkan musuh-musuh mereka, bukan karena mereka memiliki kekuasaan politik atau ekonomi, tetapi karena mereka memiliki solidaritas dan komitmen terhadap prinsip-prinsip mereka. Solidaritas ini menjadi senjata paling kuat yang mereka miliki dalam menghadapi tantangan dari kekuasaan resmi.
Kehilangan Suara (Voice) dan Rebut Kembali Agensi
Gayatri Spivak, dalam esainya yang terkenal “Can the Subaltern Speak?”, mengajukan pertanyaan penting tentang apakah kelompok subaltern bisa benar-benar menyuarakan pengalaman mereka sendiri atau apakah suara mereka selalu diartikulasikan oleh orang lain dalam posisi kekuasaan. Dalam film wuxia, Partai Pengemis sering kali digambarkan sebagai kelompok yang pada awalnya tidak memiliki suara dalam politik formal. Mereka tidak dianggap penting oleh kekuasaan resmi dan pandangan serta kepentingan mereka diabaikan.
Namun, seiring berjalannya cerita, mereka berhasil merebut kembali agensi mereka. Ini dilakukan melalui tindakan kolektif, keberanian dalam menghadapi ketidakadilan, dan kemampuan untuk menggunakan keterampilan bela diri mereka dalam mencapai tujuan yang lebih besar. Dalam banyak kasus, Partai Pengemis mampu mengubah nasib mereka sendiri dan bahkan mempengaruhi dinamika politik dalam masyarakat yang lebih luas.
Rebut kembali agensi ini juga bisa dilihat sebagai bentuk kritik terhadap tatanan sosial yang tidak adil. Film dan serial televisi yang menampilkan Partai Pengemis tidak hanya bercerita tentang petualangan fisik, tetapi juga merupakan refleksi dari perjuangan kelas sosial yang lebih luas. Mereka menawarkan pandangan bahwa kelompok-kelompok terpinggirkan tidak selamanya harus berada dalam posisi yang tidak berdaya, tetapi bisa bangkit dan menuntut perubahan.
Partai Pengemis sebagai Subaltern yang Berdaya
Sebagai simbol subaltern, Partai Pengemis dalam film dan serial televisi China tidak hanya mewakili kelompok yang terpinggirkan secara sosial dan ekonomi, tetapi juga kelompok yang memiliki kekuatan untuk melawan sistem yang menindas. Meskipun mereka tidak diakui secara resmi oleh struktur kekuasaan, mereka mampu menggunakan kekuatan kolektif, solidaritas, dan kemampuan bela diri mereka untuk menciptakan perubahan sosial dan politik.
Partai Pengemis dalam narasi wuxia menawarkan pandangan bahwa kelompok-kelompok yang terpinggirkan tidak selalu harus tunduk pada kekuasaan dominan. Mereka dapat menjadi agen perubahan yang signifikan, meskipun mereka harus beroperasi di luar batas-batas formal sistem politik dan sosial yang ada. Ini merupakan representasi yang kuat tentang bagaimana subaltern dapat menemukan suara mereka sendiri dan merebut kembali agensi dalam dunia yang menindas.
Peran Partai Pengemis dalam Politik
Peran Partai Pengemis dalam Politik dalam film dan serial televisi China sangat erat kaitannya dengan bagaimana kelompok-kelompok terpinggirkan, yang biasanya tidak dianggap memiliki pengaruh langsung dalam sistem politik, dapat menjadi kekuatan penyeimbang yang signifikan. Partai Pengemis (Beggar Sect), meskipun secara sosial dan ekonomi dianggap sebagai kelas bawah, memiliki relevansi politik yang mendalam dalam narasi wuxia dan menjadi simbol resistensi terhadap otoritas dan dominasi kekuasaan. Peran mereka dalam politik bukan hanya sebagai aktor pasif, tetapi sebagai kekuatan aktif yang mampu mempengaruhi jalannya peristiwa politik melalui strategi yang tidak konvensional.
Jaringan Informasi Bawah Tanah: Peran sebagai Intelijen Sosial
Salah satu aspek penting dari Partai Pengemis dalam film dan serial televisi adalah peran mereka sebagai jaringan informasi bawah tanah. Meskipun secara resmi mereka tidak memiliki kekuasaan politik, Partai Pengemis sering kali digambarkan memiliki akses yang luas terhadap informasi, terutama karena anggota mereka tersebar di seluruh penjuru masyarakat, mulai dari kota hingga desa terpencil. Dengan status mereka yang “tak terlihat” oleh kekuasaan elit, anggota Partai Pengemis sering kali berada di posisi yang strategis untuk mengumpulkan informasi penting yang tidak dapat diakses oleh kelompok-kelompok lain, termasuk pemerintah atau kekuatan militer.
Sebagai jaringan intelijen sosial, Partai Pengemis sering kali memegang kunci dalam peristiwa-peristiwa politik penting. Mereka mengetahui gerakan-gerakan rahasia musuh, strategi militer, atau konspirasi politik yang tidak diketahui oleh kekuasaan resmi. Dalam beberapa narasi, kekuatan politik dan militer bahkan bergantung pada informasi dari Partai Pengemis untuk memenangkan perang atau mengatasi krisis politik. Di sini, mereka memainkan peran penting sebagai “penyeimbang kekuasaan” yang mampu mempengaruhi keputusan politik dengan cara-cara yang tidak langsung tetapi efektif.
Peran sebagai Kekuatan Militer Alternatif
Selain menjadi jaringan intelijen, Partai Pengemis juga sering digambarkan sebagai kekuatan militer alternatif yang mampu berdiri di luar sistem kekuasaan resmi. Meskipun mereka tidak memiliki kekuatan formal seperti tentara atau pasukan militer kerajaan, Partai Pengemis memiliki keterampilan bela diri yang sangat kuat, terutama dalam genre wuxia. Keterampilan ini memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam pertempuran dan konflik yang menentukan nasib politik suatu wilayah.
Partai Pengemis sering kali bertindak sebagai kekuatan militer rakyat yang melawan ketidakadilan dan korupsi dalam pemerintahan. Mereka tidak tunduk pada perintah resmi dari pihak berwenang, tetapi berjuang untuk keadilan berdasarkan prinsip moralitas dan solidaritas. Sebagai kekuatan militer alternatif, mereka sering kali bekerja sama dengan kelompok-kelompok lain yang juga terpinggirkan, seperti sekte bela diri lainnya, untuk menggulingkan penguasa yang zalim atau melawan invasi asing.
Dalam film seperti “Demi-Gods and Semi-Devils” (天龙八部) karya Jin Yong, kita melihat bagaimana Partai Pengemis memainkan peran penting dalam pertempuran besar yang menentukan nasib kerajaan. Mereka bukan hanya sekadar pengikut atau pendukung, tetapi kekuatan aktif yang memiliki pengaruh besar dalam menentukan hasil akhir dari konflik politik. Dalam konteks ini, mereka menjadi simbol dari kekuatan rakyat yang dapat melawan otoritas formal dengan cara-cara yang tidak konvensional, tetapi sangat efektif.
Mediator Politik: Penjaga Keseimbangan Kekuasaan
Selain berperan sebagai kekuatan militer dan jaringan intelijen, Partai Pengemis juga sering digambarkan sebagai mediator politik yang menjaga keseimbangan kekuasaan antara berbagai kekuatan yang bersaing. Dalam banyak narasi wuxia, kita melihat adanya ketegangan antara kekuatan politik formal (seperti kerajaan atau dinasti) dan kekuatan politik informal (seperti sekte bela diri atau kelompok pemberontak). Partai Pengemis sering kali berada di tengah-tengah konflik ini, berperan sebagai penyeimbang yang berusaha memastikan bahwa tidak ada satu kekuatan pun yang mendominasi secara berlebihan.
Sebagai mediator, Partai Pengemis memiliki posisi yang unik karena mereka tidak terikat oleh kepentingan politik tertentu. Mereka sering kali digambarkan sebagai kelompok yang lebih mementingkan kepentingan rakyat biasa dan keadilan sosial daripada kepentingan kekuasaan atau kekayaan. Ini memungkinkan mereka untuk bertindak sebagai jembatan antara kekuatan yang bersaing, membantu menciptakan kompromi atau solusi yang lebih adil bagi semua pihak.
Peran mereka sebagai mediator juga tercermin dalam struktur internal Partai Pengemis itu sendiri, yang sering kali digambarkan sebagai organisasi yang sangat demokratis dan kolektif. Pemimpin Partai Pengemis biasanya dipilih berdasarkan meritokrasi, bukan garis keturunan atau kekuasaan turun-temurun. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka berada di luar struktur kekuasaan resmi, mereka memiliki sistem politik yang sangat efektif dan dapat berfungsi sebagai model alternatif bagi kekuasaan yang lebih inklusif dan demokratis.
Pemberontak Melawan Korupsi dan Ketidakadilan
Dalam banyak film dan serial televisi, Partai Pengemis berperan sebagai kelompok pemberontak yang melawan korupsi dan ketidakadilan dalam sistem politik yang ada. Mereka sering kali digambarkan sebagai kelompok yang berjuang melawan pejabat korup, bangsawan yang lalim, atau penguasa yang menyalahgunakan kekuasaan mereka. Dalam konteks ini, Partai Pengemis menjadi representasi dari suara rakyat yang tidak terdengar dalam politik formal, tetapi yang merasa dampak dari penindasan dan ketidakadilan secara langsung.
Sebagai pemberontak, Partai Pengemis sering kali bekerja sama dengan kelompok-kelompok lain yang juga memiliki kepentingan untuk melawan kekuasaan yang menindas. Ini mencerminkan peran penting mereka dalam membangun aliansi politik yang luas, yang tidak hanya terdiri dari kelompok-kelompok terpinggirkan, tetapi juga dari sekte bela diri yang lebih kuat, intelektual, atau bahkan beberapa pejabat yang tidak puas dengan status quo.
Dalam film “The Smiling, Proud Wanderer” (笑傲江湖) karya Jin Yong, misalnya, kita melihat bagaimana Partai Pengemis bergabung dengan sekte bela diri lainnya untuk melawan sekte iblis yang korup dan mencoba mendominasi dunia bela diri. Mereka tidak hanya berjuang untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk keadilan yang lebih besar. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka dianggap sebagai kelas bawah, mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi peristiwa-peristiwa politik penting dan menggulingkan penguasa yang zalim.
Partai Pengemis sebagai Pelindung Rakyat
Dalam banyak narasi, Partai Pengemis juga berfungsi sebagai pelindung rakyat jelata. Mereka sering kali digambarkan sebagai kelompok yang peduli pada nasib rakyat biasa yang sering kali menjadi korban dari kebijakan yang tidak adil atau kekuasaan yang korup. Peran mereka sebagai pelindung rakyat ini tidak hanya terbatas pada tindakan militer, tetapi juga dalam melindungi kepentingan rakyat dari eksploitasi ekonomi atau penindasan politik.
Dalam beberapa kasus, Partai Pengemis bertindak sebagai penegak keadilan di masyarakat, melawan pejabat atau bangsawan yang menyalahgunakan kekuasaan mereka untuk memperkaya diri sendiri. Mereka menegakkan hukum yang tidak bisa ditegakkan oleh pemerintah yang korup, menunjukkan bahwa meskipun mereka berada di luar sistem kekuasaan formal, mereka tetap memiliki kekuatan moral dan sosial yang sangat besar.
Kekuasaan Non-Formal yang Berpengaruh
Dalam banyak film dan serial televisi China, Partai Pengemis berperan sebagai kekuatan non-formal yang memiliki pengaruh besar dalam politik. Meskipun mereka tidak memiliki posisi resmi dalam hierarki kekuasaan, mereka memiliki cara-cara alternatif untuk mempengaruhi dinamika politik, baik melalui jaringan intelijen, kekuatan militer, mediasi politik, atau pemberontakan melawan ketidakadilan.
Mereka melambangkan potensi kekuatan politik dari kelompok-kelompok yang terpinggirkan, menunjukkan bahwa kekuasaan tidak selalu berada di tangan mereka yang memiliki status formal. Melalui solidaritas, keberanian, dan pengetahuan yang mendalam tentang masyarakat, Partai Pengemis dapat memainkan peran kunci dalam membentuk peristiwa-peristiwa politik yang menentukan nasib suatu wilayah. Peran mereka yang kompleks dan multifaset ini menjadikan mereka elemen penting dalam kajian politik sinematik China.
Struktur Sosial yang Tidak Adil dan Ketidaksetaraan Kelas
Partai Pengemis dalam narasi wuxia, meskipun memiliki kekuatan kolektif dan pengaruh sosial yang besar, secara konsisten digambarkan hidup dalam kemiskinan. Ada beberapa alasan sosial, politik, dan simbolis yang menjelaskan mengapa mereka tetap berada dalam kondisi ini dan mengapa mereka, meskipun memiliki kemampuan untuk mencapai kekayaan, memilih untuk setia pada kehidupan yang sederhana dan miskin.
Kondisi kemiskinan yang dialami oleh Partai Pengemis dalam film dan serial televisi China merefleksikan ketidaksetaraan sosial yang terjadi di masyarakat feodal atau monarki. Dalam sistem seperti ini, kekuasaan dan kekayaan sering kali terkonsentrasi di tangan segelintir elit, seperti bangsawan, pejabat tinggi, atau pemilik tanah. Rakyat biasa, termasuk pengemis, tidak memiliki akses terhadap kekayaan atau sumber daya karena struktur sosial yang ketat.
Meskipun memiliki keterampilan bela diri dan jaringan yang luas, Partai Pengemis sering kali tetap berada di luar struktur sosial yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan status ekonomi mereka. Mereka tidak memiliki akses ke alat kekuasaan ekonomi atau politik yang bisa digunakan untuk keluar dari kemiskinan. Sistem sosial yang hierarkis ini membatasi mobilitas sosial, sehingga kelompok-kelompok seperti pengemis tetap terjebak dalam posisi terendah dalam masyarakat.
Pilihan Kesetiaan pada Kehidupan Sederhana dan Miskin
Salah satu tema penting dalam narasi Partai Pengemis adalah kesetiaan mereka pada kehidupan yang sederhana dan miskin. Meskipun mereka memiliki kekuatan dan pengaruh, mereka memilih untuk tetap hidup dalam kemiskinan karena nilai-nilai moral yang mendalam. Dalam banyak film wuxia, Partai Pengemis digambarkan sebagai kelompok yang menolak kekayaan material dan kekuasaan sebagai tujuan utama kehidupan.
Pilihan ini mencerminkan nilai-nilai keadilan sosial dan kesetaraan yang dipegang oleh Partai Pengemis. Mereka percaya bahwa kekayaan material sering kali datang dengan korupsi dan ketidakadilan, terutama di tangan penguasa yang lalim. Dalam konteks ini, kemiskinan mereka bukan sekadar nasib, tetapi juga merupakan bentuk perlawanan terhadap sistem yang mereka anggap tidak adil. Mereka menolak untuk berpartisipasi dalam struktur kekuasaan yang menindas, bahkan jika itu berarti harus hidup dalam kesulitan ekonomi.
Relasi Sosial Politik yang Menjaga Status Quo
Dalam sistem politik yang otoriter atau feodal, Partai Pengemis tidak memiliki kekuatan politik formal yang memungkinkan mereka untuk mengubah nasib ekonomi mereka. Mereka berada di luar struktur kekuasaan formal, dan meskipun mereka sering kali memiliki pengaruh politik melalui peran mereka sebagai mediator atau kekuatan alternatif, mereka tidak memiliki akses langsung untuk mengubah kebijakan ekonomi atau sosial.
Relasi sosial politik ini menjaga status quo, di mana kelompok-kelompok seperti Partai Pengemis tetap berada di bawah dalam hierarki sosial. Penguasa dan elit memiliki kepentingan untuk menjaga kelompok-kelompok ini tetap berada di posisi mereka yang rendah, karena hal ini membantu mempertahankan kekuasaan dan dominasi mereka. Jika Partai Pengemis atau kelompok lain yang termarjinalkan mendapatkan kekayaan atau status yang lebih tinggi, itu akan mengancam stabilitas kekuasaan elit.
Selain itu, ada elemen kontrol politik di mana elit kekuasaan sering kali menggunakan kemiskinan sebagai alat untuk menundukkan kelompok-kelompok marginal. Mereka yang hidup dalam kemiskinan sering kali lebih mudah dikendalikan karena ketergantungan mereka pada sistem yang ada, yang memberikan sedikit ruang untuk perlawanan yang efektif.
Solidaritas dengan Rakyat Miskin
Kondisi kemiskinan yang dialami oleh Partai Pengemis juga mencerminkan solidaritas mereka dengan rakyat jelata. Mereka memilih untuk tetap hidup sederhana karena mereka melihat diri mereka sebagai bagian dari masyarakat luas yang mengalami penindasan dan ketidakadilan. Partai Pengemis sering kali digambarkan sebagai pelindung rakyat miskin, yang berjuang melawan ketidakadilan sosial dan melawan kekuasaan yang korup.
Dengan tetap berada dalam kemiskinan, mereka memperkuat ikatan dengan rakyat biasa dan menunjukkan bahwa mereka tidak tertarik pada kekuasaan atau kekayaan pribadi. Ini memungkinkan mereka untuk mempertahankan legitimasi moral dalam perjuangan mereka melawan elit yang korup. Jika mereka mengejar kekayaan, mereka mungkin akan kehilangan dukungan dari rakyat biasa yang melihat mereka sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan.
Kemiskinan sebagai Identitas Kolektif dan Spiritualitas
Dalam banyak narasi wuxia, kemiskinan Partai Pengemis juga memiliki dimensi spiritual dan identitas kolektif yang kuat. Mereka tidak hanya memilih kemiskinan karena alasan sosial atau politik, tetapi juga karena nilai-nilai spiritual yang mereka anut. Hidup dalam kemiskinan dianggap sebagai bentuk penolakan terhadap materialisme dan korupsi yang sering kali terkait dengan kekayaan dan kekuasaan.
Dalam budaya China tradisional, ada konsep-konsep moral yang menghargai kesederhanaan dan pengorbanan. Partai Pengemis sering kali berperan sebagai penjaga moralitas dalam masyarakat, menentang segala bentuk keserakahan dan korupsi. Mereka menunjukkan bahwa hidup dalam kemiskinan bukanlah kelemahan, melainkan bentuk kekuatan moral yang memungkinkan mereka untuk tetap fokus pada tujuan mereka yang lebih besar: keadilan dan kesejahteraan bersama.
Tantangan Terhadap Sistem Nilai Dominan
Dengan memilih untuk tetap miskin, Partai Pengemis juga menantang sistem nilai dominan yang menekankan kekayaan dan status sebagai ukuran utama kesuksesan. Mereka menolak untuk mengukur nilai mereka berdasarkan materi atau status sosial, dan ini merupakan bentuk perlawanan simbolis terhadap hierarki sosial yang didasarkan pada akumulasi kekayaan.
Dalam narasi wuxia, mereka sering kali digambarkan sebagai pahlawan moral yang berdiri melawan kejahatan dan korupsi. Dengan hidup dalam kemiskinan, mereka menegaskan bahwa kebahagiaan dan kehormatan tidak berasal dari kekayaan atau kekuasaan, tetapi dari tindakan yang benar dan solidaritas dengan mereka yang tertindas. Ini adalah bentuk perlawanan ideologis terhadap norma-norma yang dipegang oleh elit dan kekuasaan resmi.
Partai Pengemis dalam narasi wuxia China tetap berada dalam kondisi kemiskinan karena beberapa faktor yang saling terkait, termasuk struktur sosial yang tidak adil, relasi politik yang menjaga status quo, serta pilihan ideologis dan moral yang mereka pegang. Kemiskinan mereka bukan hanya akibat dari penindasan sistemik, tetapi juga merupakan bentuk resistensi aktif terhadap sistem kekuasaan dan nilai-nilai yang dianggap tidak adil. Mereka memilih untuk tetap setia pada kehidupan sederhana sebagai bagian dari solidaritas mereka dengan rakyat jelata dan sebagai bentuk perlawanan terhadap korupsi, ketidakadilan, dan materialisme yang mendominasi sistem politik dan sosial di sekitar mereka.
Referensi
Gramsci, Antonio. Selections from the Prison Notebooks (1971).
Spivak, Gayatri Chakravorty.Can the Subaltern Speak? (1988).
Lu, Sheldon Hsiao-peng.Chinese Modernity and Global Biopolitics: Studies in Literature and Visual Culture (2007).
Teo, Stephen.Chinese Martial Arts Cinema: The Wuxia Tradition (2009).
Zhang, Yingjin.Chinese National Cinema (2004).
Lin, Xiaoping.Children of Marx and Coca-Cola: Chinese Avant-Garde Art and Independent Cinema (2010).
Wang, Ban.Illuminations from the Past: Trauma, Memory, and History in Modern China (2004).
Film
Demi-Gods and Semi-Devils” (天龙八部)
The Legend of the Condor Heroes (射雕英雄传)
The Smiling, Proud Wanderer (笑傲江湖)
Post Comment