Dampak Penggunaan Deepfake terhadap Demokrasi

Dampak Penggunaan Deepfake terhadap Demokrasi

Gambar: dihasilkan menggunakan kecerdasan buatan

Di era digital saat ini, teknologi kecerdasan buatan (AI) berkembang dengan sangat pesat, salah satunya adalah teknologi deepfake. Deepfake merupakan teknologi yang memanfaatkan algoritma pembelajaran mesin (machine learning) untuk menciptakan video palsu yang sangat realistis, sehingga tampak seolah-olah seseorang mengatakan atau melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Teknologi deepfake terus berkembang dengan menggunakan kecerdasan buatan dan algoritma pembelajaran mesin untuk menghasilkan konten visual yang sangat realistis, yang sering kali sulit dibedakan dari kenyataan (Mirsky & Lee, 2020).

Meski deepfake memiliki berbagai potensi dalam dunia hiburan, teknologi ini juga membawa ancaman serius bagi komunikasi politik dan demokrasi. Deepfake dapat digunakan untuk menyebarkan informasi palsu, merusak reputasi politikus, hingga mempengaruhi persepsi publik. Dengan potensi bahayanya yang besar, penting bagi masyarakat untuk memahami bagaimana teknologi ini bekerja dan dampaknya terhadap proses demokrasi. Deepfake telah menjadi ancaman nyata dalam ranah politik, karena dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan disinformasi, merusak reputasi politikus, dan memengaruhi preferensi pemilih, yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas demokrasi (Ivanov & Ignatovskiy, 2020).

Deepfake dalam Komunikasi Politik

Dalam konteks politik, deepfake dapat digunakan sebagai alat propaganda untuk memanipulasi opini publik. Sebagai contoh, video deepfake yang menampilkan seorang kandidat politik menyatakan sesuatu yang kontroversial atau melakukan tindakan tak etis dapat dengan cepat tersebar di media sosial dan dipercaya oleh banyak orang sebelum terdeteksi sebagai palsu. Video-video palsu seperti ini dapat merusak reputasi politikus, memecah belah masyarakat, serta mempengaruhi hasil pemilu.
Penggunaan deepfake dalam konteks politik telah memicu kekhawatiran terkait manipulasi opini publik, di mana video palsu yang dirancang untuk mencoreng reputasi seorang kandidat dapat dengan cepat memengaruhi pandangan publik (Dobber et al., 2020).

Dampak Terhadap Demokrasi

Deepfake memberikan ancaman nyata terhadap demokrasi karena teknologi ini dapat menciptakan disinformasi yang menyulitkan publik untuk membuat keputusan yang berlandaskan informasi yang akurat. Demokrasi mengandalkan keterbukaan informasi dan kepercayaan publik terhadap lembaga politik, tetapi deepfake dapat menghancurkan kedua elemen tersebut. Deepfake tidak hanya menciptakan disinformasi tetapi juga menurunkan kepercayaan publik terhadap proses politik dan berita, yang mengarah pada meningkatnya ketidakpastian dan skeptisisme di kalangan masyarakat (Vaccari & Chadwick, 2020).

Dampak penggunaan deepfake dalam komunikasi politik terhadap demokrasi:

  1. Manipulasi Opini Publik melalui Deepfake
    Deepfake merupakan fenomena komunikasi politik yang memungkinkan manipulasi diskursus politik di tingkat nasional dan global. Teknologi ini dapat digunakan untuk merusak reputasi politikus dan memengaruhi pemilih, menciptakan tantangan besar dalam komunikasi politik modern (Falaleev et al., 2021).
  2. Pengaruh Deepfake terhadap Sikap Politik
    Penelitian menunjukkan bahwa video deepfake dapat menurunkan sikap publik terhadap seorang politikus yang muncul dalam video tersebut. Efek ini bisa lebih kuat jika disertai teknik microtargeting, yang dapat memanfaatkan kelemahan penerima untuk memperkuat dampak video palsu tersebut (Dobber et al., 2020).
  3. Ketidakpercayaan terhadap Informasi
    Deepfake dapat meningkatkan ketidakpastian di kalangan publik dan menurunkan kepercayaan terhadap berita yang disebarkan di media sosial. Meskipun orang mungkin tidak selalu tertipu oleh video deepfake, ketidakpastian yang dihasilkan dapat mengurangi kepercayaan terhadap informasi secara umum (Vaccari & Chadwick, 2020).
  4. Deepfake dan Polarisasi Sosial
    Deepfake dapat menyebarkan disinformasi melalui akun media sosial yang tidak otentik, memengaruhi kredibilitas sumber berita, dan memicu polarisasi sosial. Namun, studi menunjukkan bahwa deepfake tidak selalu lebih meyakinkan dibandingkan dengan disinformasi dalam bentuk teks (Hameleers et al., 2022).
  5. Deepfake dan Pemilu
    Teknologi deepfake dapat memengaruhi hasil pemilu dengan menyebarkan video palsu tentang politikus, yang dapat mengubah opini pemilih secara signifikan. Penggunaan disinformasi ini menimbulkan ancaman besar bagi demokrasi dan mendorong perlunya regulasi hukum yang ketat untuk mengatur penggunaan deepfake dalam konteks politik (Ray, 2021).

Salah satu tantangan terbesar dalam mengatasi penyalahgunaan deepfake adalah kemampuan untuk mendeteksi video palsu tersebut. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh peneliti dan perusahaan teknologi untuk mengembangkan alat deteksi deepfake, kemajuan teknologi deepfake sendiri semakin canggih, sehingga semakin sulit membedakan video asli dengan yang palsu. Kemajuan dalam teknologi deepfake telah membuatnya semakin sulit dideteksi, bahkan dengan alat canggih sekalipun. Meskipun ada berbagai algoritma deteksi, deepfake yang terus berkembang menjadi semakin sulit dikenali, yang merupakan tantangan besar dalam memitigasi dampaknya (Shahzad et al., 2022). Teknologi deteksi perlu terus berkembang untuk mengejar peningkatan kualitas deepfake yang semakin realistis (Mirsky & Lee, 2020).

Di samping itu, regulasi hukum yang spesifik terkait deepfake masih sangat terbatas di banyak negara, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan kerangka hukum yang jelas untuk mengatur penggunaan deepfake, terutama dalam konteks komunikasi politik. Regulasi ini harus mencakup aspek perlindungan terhadap privasi individu, perlindungan reputasi, serta sanksi bagi penyebar konten deepfake yang merusak demokrasi. Regulasi yang spesifik terkait penggunaan deepfake dalam komunikasi politik masih sangat terbatas di banyak negara. Dalam konteks ini, terdapat kekhawatiran bahwa regulasi yang tidak memadai dapat memperburuk masalah disinformasi politik. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, sudah mulai merancang undang-undang untuk menangani ancaman ini, tetapi masih banyak yang perlu dilakukan secara global (Ray, 2021).

Teknologi deepfake memberikan tantangan serius bagi demokrasi, terutama dalam konteks komunikasi politik. Penggunaan deepfake yang tidak etis dapat merusak reputasi politikus, memanipulasi pemilih, dan menurunkan kepercayaan publik terhadap proses politik yang jujur dan terbuka. Untuk mengatasi ancaman ini, diperlukan upaya kolektif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, media, perusahaan teknologi, dan masyarakat untuk meningkatkan literasi digital dan menyusun regulasi yang efektif guna melindungi integritas demokrasi. Deepfake menciptakan ancaman besar terhadap demokrasi dengan menyebarkan disinformasi yang dapat merusak reputasi individu dan lembaga politik. Oleh karena itu, regulasi hukum yang ketat dan kolektifitas upaya deteksi perlu dilakukan untuk melindungi proses demokrasi dari disinformasi berbasis teknologi (Ivanov & Ignatovskiy, 2020).

Sumber:

Dobber, T., Metoui, N., Trilling, D., Helberger, N., & Vreese, C. (2020). Do (Microtargeted) Deepfakes Have Real Effects on Political Attitudes?. The International Journal of Press/Politics, 26, 69 – 91. https://doi.org/10.1177/1940161220944364.

Falaleev, М., Sitdikova, N., & Nechay, Е. (2021). DEEPFAKE AS A PHENOMENON OF POLITICAL COMMUNICATION. Transbaikal State University Journal. https://doi.org/10.21209/2227-9245-2021-27-6-101-106.

Hameleers, M., Meer, T., & Dobber, T. (2022). You Won’t Believe What They Just Said! The Effects of Political Deepfakes Embedded as Vox Populi on Social Media. Social Media + Society, 8. https://doi.org/10.1177/20563051221116346.

Ivanov, V., & Ignatovskiy, Y. (2020). Deepfakes: Prospects for Political Use and Threats to the Individual and National Security. RUDN Journal of Public Administration. https://doi.org/10.22363/2312-8313-2020-7-4-379-386.

Mirsky, Y., & Lee, W. (2020). The Creation and Detection of Deepfakes. ACM Computing Surveys (CSUR), 54, 1 – 41. https://doi.org/10.1145/3425780.

Ray, A. (2021). Disinformation, Deepfakes and Democracies: The Need for Legislative Reform. University of New South Wales Law Journal. https://doi.org/10.53637/dels2700.

Shahzad, H., Rustam, F., Flores, E., Mazón, J., Díez, I., & Ashraf, I. (2022). A Review of Image Processing Techniques for Deepfakes. Sensors (Basel, Switzerland), 22. https://doi.org/10.3390/s22124556.

Vaccari, C., & Chadwick, A. (2020). Deepfakes and Disinformation: Exploring the Impact of Synthetic Political Video on Deception, Uncertainty, and Trust in News. Social Media + Society, 6. https://doi.org/10.1177/2056305120903408.

AI: ChatGPT, Consensus

Post Comment