Indonesia Resmi Gabung BRICS
pemerintah Indonesia mendapatkan pengumuman resmi dari Brasil pada tanggal 6 Januari 2025 bahwa mereka telah menjadi anggota penuh BRICS. Berita ini disambut dengan suara gemuruh dari kubu pendukung yang melihat langkah ini sebagai pintu gerbang ke era baru kerja sama ekonomi global. BRICS, kelompok ekonomi yang awalnya hanya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, kini telah berkembang, menambahkan Ethiopia, Iran, Mesir, dan Uni Emirat Arab sebelum Indonesia.
Para pendukung kebijakan ini berargumen bahwa keanggotaan BRICS bukan hanya sebuah simbol kebanggaan, tetapi juga pintu masuk ke pasar yang luas dan beragam. Dengan populasi lebih dari 3 miliar orang dan kontribusi sekitar 32% dari PDB dunia, Indonesia kini bisa memasarkan hasil bumi, tekstil, dan produk elektroniknya ke negara-negara anggota lain dengan lebih mudah. Lebih dari itu, akses ke New Development Bank (NDB) menawarkan peluang untuk membiayai proyek infrastruktur tanpa terikat pada kondisi dari lembaga keuangan Barat.
Namun, di tengah euforia, suara kritik mulai muncul. “Ini terlalu pro-China,” kata beberapa analis ekonomi, khawatir karena Indonesia sudah sangat tergantung pada China dalam perdagangan dan investasi. Ada kekhawatiran bahwa kebijakan ini akan memperkuat ketergantungan tersebut, mungkin pada titik di mana Indonesia kehilangan otonomi dalam keputusan ekonominya. “Apakah kita benar-benar akan mendapatkan keuntungan yang signifikan dari BRICS?” tanya seorang pengamat politik, menyoroti bahwa manfaat ekonomi belum sepenuhnya jelas dan bisa terganggu oleh krisis di negara-negara anggota, terutama China.
Tentu saja, ada juga dimensi geopolitik yang harus dipertimbangkan. Dengan bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS, negara ini berada pada persimpangan antara menjaga hubungan tradisional dengan Barat dan membangun solidaritas baru dengan negara-negara berkembang di Selatan Global. Pertanyaan besarnya adalah apakah Indonesia bisa menjaga keseimbangan ini tanpa terjebak dalam dinamika perang dagang atau sanksi internasional yang mungkin melibatkan anggota BRICS lainnya.
Di kancah internasional, Indonesia sekarang memiliki kesempatan untuk mempengaruhi kebijakan global, terutama dalam hal reformasi institusi internasional dan kebijakan iklim. Namun, ini memerlukan diplomat yang cerdik dan strategi jangka panjang yang jelas untuk memastikan bahwa keanggotaan BRICS memberikan keuntungan nyata bagi rakyat Indonesia.
Sumber: BBC, Kompas, CNN, Suara, Detik
AI: Grok
Post Comment