Penolakan Artis Terhadap Karya AI yang Dijual di Shotesby Berkaitan dengan Karya Refik Anadol

Penolakan Artis Terhadap Karya AI yang Dijual di Shotesby Berkaitan dengan Karya Refik Anadol

Sumber gambar: X

Sumber gambar: Shoteby’s

Dunia seni digital kembali dihebohkan dengan penjualan karya seni yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI), khususnya setelah karya dari seniman ternama Refik Anadol berjudul “Machine Hallucinations: Mars (Infinite Al Data Painting)” terjual dengan harga fantastis 9 BTC atau sekitar $900.000 USD di lelang Sotheby’s Riyadh. Namun, kejadian ini tidak lepas dari kontroversi dan penolakan dari sejumlah artis terhadap penjualan karya AI di platform seperti Shotesby.

Beberapa artis mengeluarkan suara penolakan mereka, menyatakan bahwa karya AI mengancam keberlanjutan dan nilai kreativitas manusia dalam seni. Mereka berargumen bahwa AI hanya menyalin dan menggabungkan karya-karya yang sudah ada, tanpa membawa kontribusi orisinal yang signifikan. Kritikan ini didukung oleh beberapa analisis hukum yang menyatakan bahwa karya yang dihasilkan oleh AI tidak seharusnya mendapat perlindungan hak cipta, karena AI bukan entitas yang bisa dianggap sebagai pencipta menurut hukum.

Menurut informasi yang beredar di web, perusahaan seperti Shutterstock dan Getty Images telah melarang konten yang dibuat oleh AI di platform mereka karena kekhawatiran akan tantangan hukum terkait hak cipta dan privasi. Hal ini mencerminkan kekhawatiran yang sama di kalangan komunitas seni, di mana ada kecurigaan bahwa karya AI mungkin menggunakan data pelatihan yang tidak etis atau melanggar hak cipta tanpa persetujuan dari pemilik asli.

Di sisi lain, pendukung penggunaan AI dalam seni, termasuk Refik Anadol sendiri, menganggap teknologi ini sebagai alat baru yang memperluas kemampuan kreatif manusia. Anadol telah menyatakan bahwa karya-karyanya dengan AI adalah kolaborasi antara manusia dan mesin, di mana AI digunakan sebagai medium untuk mencapai ekspresi seni yang sebelumnya tidak mungkin.

Penjualan karya Anadol di Sotheby’s menunjukkan bahwa ada pasar yang besar dan minat yang tinggi terhadap seni digital yang dihasilkan oleh AI, terutama saat karya tersebut dihubungkan dengan nama-nama besar dalam dunia seni. Namun, debat mengenai etika, keaslian, dan hak cipta terus berlanjut, dengan beberapa pihak mempertanyakan apakah karya AI harus diperlakukan sebagai seni konvensional atau ada kategori baru yang perlu dibuat untuk membedakannya.

Di platform X, beberapa pengguna telah mengutarakan kagum mereka terhadap pencapaian Anadol, sementara yang lain menyoroti kekhawatiran mengenai dampak jangka panjang dari AI dalam seni.


Refik Anadol

Tanggal Lahir: 7 November 1985
Tempat Lahir: İstanbul, Turkiye
Kewarganegaraan: Turki-Amerika
Profesi: Artis Media, Desainer

Biografi:

Refik Anadol adalah seorang seniman media dan desainer yang terkenal dengan karya-karyanya di bidang seni digital, khususnya dalam menggunakan kecerdasan buatan (AI), teknologi data, dan media interaktif untuk menciptakan lingkungan imersif dan skulptur data. Lahir di İstanbul, Turkiye, Anadol mengembangkan minat pada seni dan teknologi sejak usia muda, terpengaruh oleh lingkungan keluarga yang mendidik.

Pendidikan:

  • Anadol memulai pendidikannya dengan meraih gelar Sarjana Seni Rupa di bidang Fotografi dan Video dari Universitas İstanbul Bilgi pada tahun 2009, di mana ia juga mengambil program ganda di Visual Communication Design.
  • Setelah itu, ia pindah ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studi di University of California, Los Angeles (UCLA), di mana ia mendapatkan gelar Master of Fine Arts dalam Design Media Arts pada tahun 2014.

Karir:

  • Refik Anadol menciptakan Refik Anadol Studio (RAS) pada tahun 2014 bersama Efsun Erkılıç, yang fokus pada produksi seni publik dan proyek digital interaktif. RAS sekarang berbasis di Los Angeles dan terdiri dari sekelompok profesional multidisplin yang mencakup desainer, arsitek, ilmuwan data, dan peneliti.
  • Anadol dikenal dengan karyanya yang menggunakan AI untuk menjelajahi memori kolektif, hubungan manusia dengan alam, persepsi ruang dan waktu, serta kolaborasi manusia-mesin. Beberapa proyeknya yang terkenal termasuk “Machine Hallucinations,” “Quantum Memories,” dan “Unsupervised – MoMA.”
  • Karya-karyanya telah ditampilkan di berbagai tempat terkenal di dunia, termasuk Museum of Modern Art (MoMA) di New York, National Gallery of Victoria di Melbourne, dan Walt Disney Concert Hall di Los Angeles.

Penghargaan:

  • Anadol telah menerima banyak penghargaan, termasuk Microsoft Research’s Best Vision Award, German Design Award, UCLA Art+Architecture Moss Award, dan Google’s Artists and Machine Intelligence Artist Residency Award.

Kontribusi:

  • Selain menjadi seniman, Anadol juga mengajar di UCLA sebagai visiting assistant researcher di Department of Design Media Arts.
  • Pada tahun 2024, Anadol mengumumkan pembukaan Dataland, museum seni AI pertama di dunia, yang akan berlokasi di Los Angeles dan diharapkan dibuka pada akhir 2025.

Karya Terbaru:

  • Refik Anadol terus mendorong batas-batas seni digital dengan proyek-proyek baru yang menjelajahi interaksi antara manusia dan teknologi, seringkali menggunakan data besar dari berbagai sumber untuk menciptakan karya yang memikat dan membuat pemikir.

Machine Hallucinations: Mars (Infinite Al Data Painting)

Konteks: “Machine Hallucinations: Mars (Infinite Al Data Painting)” adalah salah satu karya monumental dari Refik Anadol, seorang seniman yang dikenal dengan pemakaian kecerdasan buatan (AI) dalam seni digital. Karya ini adalah bagian dari seri “Machine Hallucinations” yang mengeksplorasi visualisasi data melalui AI untuk menciptakan pengalaman imersif dan menantang persepsi tradisional tentang seni dan ruang.

Deskripsi Karya:

  • Medium: Seni digital interaktif dan instalasi ruang imersif.
  • Teknik: Menggunakan AI untuk menganalisis dan menginterpretasikan data dari misi Mars, termasuk gambar-gambar dari NASA’s Mars rovers dan satelit, untuk menghasilkan “lukis data” yang dinamis dan berubah-ubah.
  • Konsep: Menggambarkan “halusinasi” atau interpretasi mesin dari Mars, menciptakan lanskap visual yang tidak hanya merepresentasikan data tetapi juga menawarkan pengalaman estetis yang baru dan menakjubkan.

Analisis:

  • Visual: Karya ini menampilkan spektrum warna, bentuk, dan tekstur yang mengalir dalam pola yang kompleks, menciptakan ilusi alam Mars yang hidup dan penuh misteri. Penggunaan AI memungkinkan karya ini untuk terus berubah, memberikan setiap pengunjung pengalaman unik.
  • Interaksi: Instalasi ini sangat interaktif, di mana gerakan atau kehadiran pengunjung dapat mempengaruhi apa yang ditampilkan, menambah satu lapis kompleksitas dan keterlibatan dalam pengalaman seni.
  • Inovasi: Anadol berhasil membawa data ilmiah ke ranah seni dengan cara yang belum pernah terlihat sebelumnya, menunjukkan potensi AI dalam memperluas batas-batas kreativitas manusia. Karya ini juga mengajukan pertanyaan tentang keterhubungan antara manusia, mesin, dan alam semesta.
  • Konteks Sosial dan Teknologi: “Machine Hallucinations: Mars” tidak hanya mencerminkan kecanggihan teknologi tetapi juga mencerminkan rasa ingin tahu manusia tentang luar angkasa dan kebutuhan untuk mengeksplorasi dan memahaminya melalui lensa seni.

Kritik dan Tanggapan:

  • Pujian: Diakui secara luas oleh komunitas seni dan teknologi untuk kreativitas dan inovasinya, karya ini telah dipamerkan di berbagai institusi terhormat, menarik perhatian dari para kritikus seni, ilmuwan, dan penggemar teknologi.
  • Kritik: Beberapa mungkin berargumen bahwa karya ini, meskipun visualnya menakjubkan, mungkin kehilangan kedalaman emosional atau naratif yang lebih personal yang biasa ditemukan dalam seni tradisional. Namun, ini juga menunjukkan pergeseran paradigm dalam bagaimana kita memahami dan menikmati seni di era digital.

“Machine Hallucinations: Mars (Infinite Al Data Painting)” oleh Refik Anadol adalah bukti bahwa seni bisa menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan imajinasi manusia. Ini adalah karya yang menantang kita untuk memikirkan kembali konsep keindahan, data, dan eksplorasi dalam konteks yang baru dan menarik.

AI: Grok

Post Comment