Tiga Puisi Mengenang Pramoedya “Revolusi di Bumi Manusia” – Puisi-puisi Riwanto Tirtosudarmo

Tiga Puisi Mengenang Pramoedya “Revolusi di Bumi Manusia” – Puisi-puisi Riwanto Tirtosudarmo

Revolusi Sudah Mati
Untuk Goenawan Mohamad

Revolusi telah lama mati tak ada lagi revolusi
Goenawan Mohamad tidak sedang berkhayal
Pemikir itu juga tidak sedang meramalkan
Penyair itu membaca guratan di nisan zaman

Goenawan Mohamad tidak berdiri sendiri
Fukuyama melukis Tembok Berlin runtuh
Ketika zaman memasuki pungkas sejarah
Tak akan ditemukan lagi gelora revolusi itu

Akhir dari sejarah itu dimulai di negeri ini
Jauh sebelum Tembok Berlin itu dirobohkan
Ketika pemimpin besar revolusi itu disudahi
Ketika para pendukungnya dibui dan dihabisi

Revolusi sudah mati tak ada lagi revolusi
Penyair besar itu berselancar dalam sejarah
Pemikir besar itu meniti gelombang zaman
Revolusi itu mati kuburnya ada di negeri ini


Malang, 28 Mei 2024

____________________________________________________________________________________________________________

Mencari Revolusi
Untuk Pramoedya Ananta Toer

Engkau barangkali pencari terakhir revolusi yang hilang itu
Revolusi yang engkau yakini menjanjikan keadilan dan kemajuan
Revolusi itu seperti ikut menghilang bersama kepergianmu

Engkau tidak menulis sejarah dalam air yang segera buyar
Sejarah itu engkau guratkan tegas dengan darahmu sendiri
Seperti Frantz Fanon ingin engkau sembuhkan luka bangsamu
Revolusi bagimu adalah jalan kemerdekaan yang tak terelakkan

Engkau tulis sejarah dari jejak- jejak dalam ingatanmu
Kamp kerja paksa di pulau buru itu menjadi saksi perlawanan mu
Revolusi adalah perlawanan tanpa henti yang membebaskan
Revolusi yang dilenyapkan oleh kebengisan dan keculasan

Revolusi itu harus ditemukan dan dituliskan kembali
Ingatan bersama tentang revolusi harus dikabarkan dan digelorakan
Revolusi yang menggairahkan itu harus diceritakan dan dihidupkan
Revolusi adalah jalan terjal perlawanan mencari kemerdekaan dan keadilan


Malang, 30 Mei 2024

____________________________________________________________________________________________________________

Bumi Manusia

Apa yang sesungguhnya ingin engkau ungkapkan dengan kisah itu?
Tak mungkin lagi aku bisa tanyakan ketika jasadmu sudah menjadi tanah
Aku kira engkau sedang tidak bermimpi ketika menuliskan kisah-kisah itu
Engkau sedang tidak berkisah tentang sebuah romansa dua anak muda

Ketika hari-hari sepeninggalmu negeri ini seperti terus terlelap dalam mimpi
Membaca kembali kisah yang engkau tinggalkan membuatku merenung
Engkau ungkapkan kisahmu dalam bayang-bayang judul yang tak biasa
Meski kisahmu tentang negeri ini ada yang ingin engkau jangkau disana

Seperti ada yang engkau ingin ingatkan ada yang ingin engkau sampaikan
Kisah negeri ini ketika perlawanan seperti dikalahkan ada yang lebih dari itu
Apa yang terjadi di negeri ini tentang perlawanan yang harus digelorakan itu
Adalah perlawanan di bumi manusia oleh anak dari semua bangsa di dunia

Rabbit Hole, 7 Februari 2025

____________________________________________________________________________________________________________

Biodata

Riwanto Tirtosudarmo, penyair kelahiran Tegal. Beberapa buku puisinya yang telah terbit antara lain Secangkir Kopi di Pagi Hari (2023), Di Galeri Sumbing (Media Nusa Creative, 2024), Mencari Revolusi (Tonggak Budaya, 2024), dan dalam proses kumpulan ke 4, Lorong Waktu. Saat ini sedang menempuh fulbright fellowship untuk intercultural/multicultural diversity studies di Universitas Boston.

Post Comment