Lima Sajak: Elegi Untuk Senjakala – Puisi-puisi Riwanto Tirtosudarmo

Lima Sajak: Elegi Untuk Senjakala – Puisi-puisi Riwanto Tirtosudarmo

Wanurejo
Di kaki Candi Borobudur itu masa kini dan masa lalu seperti bertemu
Ada yang tak ingin dilupakan di kerindangan dan lembutnya tanah sawah
Masa lalu dan masa kini seperti sepasang kekasih bergandengan tangan
Ada kenangan tentang keindahan yang selalu datang menjenguk disana
Di Wanurejo dari kejauhan Candi itu seperti menjadi bayang-bayang
Bayangan masa lalu yang mengendap di dedaunan dan batu-batu

Getun
Ada sesal di hati juga sesak di dada ada yang tak mungkin dilupakan
Lama berlalu tapi seperti baru kemarin melekat dan tak mau diusir pergi
Peristiwa itu datang begitu saja seperti tamu yang tiba-tiba mengetuk pintu
Menyusup masuk membawa rasa hangat terlena dalam dekap dan harap
Seperti angin bertiup semakin jauh seperti jejak di pasir yang tersapu ombak
Ada yang direlakan pergi disana namun sesal dan sesak itu tak mau hilang

Plaosan
Orang-orang di pasar itu tak seorangpun mempedulikan-ku
Seorang pengelana asing yang tersesat di keramaian pasar
Ketika aku lhat dirimu duduk tercenung di sebuah warung
Di kota kecil yang terpencil di bawah lereng gunung Lawu
Di Plaosan tak kusangka akan kutemukan diri-mu
Sekian lama engkau menghilang anpa sepotong pesan
Di warung yang menjual pecel itu kutemukan dirimu
Tubuh mu kurus menghitam mukamu tirus nampak lelah
Melihatmu aku tak tahu apa yang harus kukatakan
Di Plaosan ketemukan dirimu yang sekian lama hilang

Sekar
Engkau begitu dekat kudengar degup hatimu
Kurasakan desah nafasmu memeluk mendekap mu
Engkau sering menemui ku dalam mimpi tidur lelap ku
Di keremangan gelap malam dalam kesenyapan yang hening
Dalam sepi kuraba wajahmu dalam gairah gejolak ragawi
Sepenuh sukma yang suwung dalam kekosongan kutemukan dirimu

Di manakah engkau?
Di manakah engkau ketika tubuhmu rebah dan luruh dalam tanah?
Masihkan engkau diam di kamarmu atau melayang dibubungan atap?
Tak ada lagi tanda kehadiranmu tak kulihat bayanganmu di langit biru
Mungkinkah kita memang telah terpisah dan tak mungkin lagi bertemu?
Hanya cercah ingatan tentang dirimu yang masih tersisa dalam benakku
Semakin samar tak yakin aku berapa lama lagi akan mendiami bilik ingatanku

Rabbit Hole, 17 Februari 2025

____________________________________________________________________________________________________________

Biodata

Riwanto Tirtosudarmo, penyair kelahiran Tegal. Beberapa buku puisinya yang telah terbit antara lain Secangkir Kopi di Pagi Hari (2023), Di Galeri Sumbing (Media Nusa Creative, 2024), Mencari Revolusi (Tonggak Budaya, 2024), dan dalam proses kumpulan ke 4, Lorong Waktu. Saat ini sedang menempuh fulbright fellowship untuk intercultural/multicultural diversity studies di Universitas Boston.

Post Comment