China Lampaui Korea Selatan dalam Teknologi Semikonduktor
Gambar: dihasilkan menggunakan kecerdasan buatanÂ
Sebuah laporan terbaru dari Korea Institute of Science & Technology Evaluation and Planning (KISTEP) mengungkap bahwa China telah melampaui Korea Selatan dalam beberapa teknologi semikonduktor utama, termasuk chip memori dan chip berbasis kecerdasan buatan (AI). Temuan ini menandai pergeseran besar dalam peta persaingan industri semikonduktor global, terutama bagi Korea Selatan yang selama ini dikenal sebagai pemimpin dalam bidang tersebut.
Laporan KISTEP ini didasarkan pada survei terhadap 39 pakar semikonduktor Korea Selatan pada tahun 2024. Hasilnya menunjukkan bahwa China kini menempati posisi kedua dalam teknologi chip memori, hanya berada di belakang Amerika Serikat. Sebaliknya, Korea Selatan yang sebelumnya berada di posisi kedua kini mengalami penurunan peringkat.
Hasil survei ini menunjukkan perubahan drastis dibandingkan laporan KISTEP pada tahun 2022. Dua tahun lalu, Korea Selatan masih unggul dalam teknologi chip memori dan pengemasan chip canggih, sedangkan China berada di peringkat ketiga dan keempat dalam kedua bidang tersebut. Namun kini, China berhasil menyalip Korea Selatan, menunjukkan pertumbuhan pesat dalam industri semikonduktor meskipun menghadapi berbagai pembatasan ekspor dari Amerika Serikat.
Selain chip memori, China juga mengejar ketertinggalan dalam teknologi pengemasan chip canggih. Dalam laporan KISTEP terbaru, skor kompetensi dasar dalam bidang ini untuk China dan Korea Selatan kini sejajar, masing-masing mendapatkan nilai 74,2, berada di belakang Amerika Serikat, Jepang, dan Taiwan.
Tidak hanya di sektor chip memori, China juga menunjukkan dominasinya dalam teknologi semikonduktor AI. Dalam kategori chip berperforma tinggi dan berdaya rendah untuk AI, China berhasil mempertahankan posisinya di peringkat kedua setelah Amerika Serikat, sementara Korea Selatan tertinggal sejak tahun 2022.
Laporan ini menunjukkan bahwa meskipun menghadapi tekanan dari sanksi perdagangan dan pembatasan ekspor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, China tetap mampu berkembang pesat dalam industri semikonduktor. Kemajuan ini tidak hanya mencerminkan investasi besar-besaran Beijing dalam teknologi dan inovasi, tetapi juga semakin mempersempit jarak antara China dan negara-negara pemimpin industri semikonduktor lainnya.
Perkembangan ini menjadi tantangan bagi Korea Selatan, yang selama ini bergantung pada dominasi perusahaan-perusahaan seperti Samsung Electronics dan SK Hynix dalam industri semikonduktor. Dengan persaingan yang semakin ketat, Korea Selatan perlu mengambil langkah strategis untuk mempertahankan daya saingnya di pasar global.
Kepulangan Diaspora China dan Pembangunan Sekolah di Bidang Semikonduktor
China sedang gencar membangun sekolah-sekolah untuk mencetak lebih banyak insinyur chip, guna menandingi AS di bidang manufaktur chip. Ini merupakan salah satu langkah agar mereka bisa mandiri dalam menciptakan chip yang canggih tanpa khawatir dengan perang dagang yang terjadi dengan AS. China memang beberapa kali mendapat sanksi pembatasan impor chip canggih dari AS, di mana chip GPU NVIDIA, juga dibatasi peredarannya di China. Ada kekhawatiran dari AS bahwa teknologi China akan lebih unggul, dan AS juga khawatir startup AI China yang membangun large language model (LLM) memiliki produk yang jauh lebih hebat dari ChatGPT milik OpenAI, atau Gemini milik Google.
Walau begitu, para ahli chip dan startup China tak berhenti putar otak. Mereka melakukan kombinasi penggunaan chip NVIDIA dari segmen menengah hingga premium, agar operasionalnya lebih efisien. Salah satu contoh suksesnya terlihat pada pengembangan LLM AI Assistant DeepSeek. Tak sedikit pula startup LLM China yang membangun produk AI di luar China demi mendapatkan akses pada chip GPU NVIDIA. DeepSeek menggunakan NVIDIA H800. Ini merupakan chip NVIDIA H100 versi China dengan berbagai pengurangan spesifikasi karena pembatasan ekspor dari AS. GPU ini punya chip-to-chip data transfer rate 300 GB/s, separuh dari H100 yang punya kecepatan 600 GB/s. Meski spek dipangkas dan berbiaya rendah, skor performa model AI DeepSeek mampu mengimbangi Asisten AI ChatGPT milik OpenAI. Sebagai upaya untuk mendorong industri semikonduktor, negara tersebut mendirikan sekolah atau fakultas bidang integrated chip (IC) di setidaknya 10 universitas ternama. Mereka ingin mencetak ahli atau insinyur chip generasi baru.
Momentum ini diikuti era baru gelombang kepulangan para diaspora, anak bangsa terbaik, ilmuwan sekaligus pakar chip ternama yang pulang ke China. Jangan heran jika dalam beberapa tahun ke depan, bakal ada perusahaan China datang menyaingi NVIDIA yang kini amat dominan menguasai bisnis chip atau GPU untuk pengembangan, pelatihan, hingga operasional AI.
Salah satu insinyur yang pulang itu bernama Wang Huanyu. Di AS, ia menduduki jabatan mentereng: insinyur implementasi system-on-chip (SoC) Apple. Wang pernah terlibat dalam penelitian dan pengembangan SoC Apple terkini yang digunakan pada komputer Mac, iPad Pro dan iPad Air. Chip itu termasuk M3 yang punya desain 3nm pada tahun 2023. Ia juga terlibat pada pengembangan chip M4, yang diperkenalkan setahun kemudian. Wang bisa saja berkarier selamanya di negeri Paman Sam, namun ia memutuskan pulang karena keahliannya begitu bernilai dan dihargai di negeri sendiri. Wang kini menjabat sebagai profesor di School of Integrated Circuits (ICs) di Huazhong University of Science and Technology (HUST), kampus yang menjadi almamaternya.
Wang dulu sama seperti mahasiswa lain yang ingin masa depan cerah serta karier gemilang. Ia memilih pergi ke AS setelah menyelesaikan studi sarjananya tahun 2014. Setelah itu pula, ia menimba ilmu di bidang yang sama dan bekerja di Apple.
Wang memperoleh gelar doktor di bidang teknik listrik dan komputer di Universitas Florida, di mana ia berfokus pada desain keselamatan perangkat keras IC dan otomasi desain elektronik (EDA). Ia menyelesaikan gelar masternya di bidang teknik listrik dan elektronika di Universitas Northwestern di negara bagian Illinois. Sebelum bergabung dengan Apple, Wang pernah magang di raksasa semikonduktor AS, Qualcomm, dan pembuat perangkat lunak EDA Synopsys. Qualcomm saat ini adalah raja chip perangkat mobile. Produknya banyak dipakai smartphone hingga tablet.
Rupanya, Wang tak sendiri memilih pulang. Ia bergabung bersama banyak ilmuwan serta talenta IT yang juga memilih pulang ke China. Ia mengikuti jejak pakar semikonduktor lain lulusan Universitas Tsinghua bernama Sun Nan yang pulang ke China, seminggu sebelumnya. Selama di AS, Sun Nan menimba ilmu mengejar gelar Ph.D. di Universitas Harvard hingga melanjutkan studi di Universitas Austin, Texas. Karena kepakarannya di bidang chip, Nan punya julukan ‘arsitek chip.’ Sama seperti Wang, Nan diharap dapat “melatih profesional chip untuk China dan memecahkan masalah manufaktur teknologi chip kelas menengah dan atas,” menurut laporan South China Morning Post.
Sumber: South China Morning Post, Kumparan
AI: ChatGPT
Post Comment