Musim Semi Perlawanan: Tiga Puisi untuk Mahasiswa Indonesia – Puisi-puisi Riwanto Tirtosudarmo
Setelah Prahara
Orang-orang kecil itu tidak minta terlalu banyak seperti kalian
Asal bisa makan dan membayar sekolah untuk anaknya-anaknya
Mereka hanya perlu penghasilan yang ajek dan sekedar cukup tak berlebihan
Kalian orang-orang yang serakah yang terus mengeruk segalanya
Sejak prahara itu negeri ini tak mengenal lagi rasa keadilan dan kepantasan
Prahara itu telah menghilangkan rasa malu dan rasa bersalah
Prahara itu membius orang-orang sehingga mati rasa dan lupa sesama
Sejak prahara itu manusia tidak bisa lagi menghargai manusia lainnya
Setelah prahara negeri ini seperti milik kalian yang serakah
Kekuasaan telah mengikis solidaritas hidup bersama yang setara
Setelah prahara lautan oang-orang kecil itu mengais hidupnya sendiri
Setelah prahara keserakahan dan ketidakadilan seolah tak akan reda
Kurusetra
Debu menggulung di padang kurusetra
Sangkakala melengking bersahut-sahutan
Perang besar itu menjadi takdir para dewa
Tak bisa ditunda tak mungkin dihentikan
Dewi Kunti menangis dikamarnya
Banjir darah sudah terbayang di matanya
Hanya darah yang bisa membersihkan
Dosa-dosa dan kekejian para Kurawa
Para Kurawa terlalu lama berkuasa
Menjungkirbalikkan tatanan bernegara
Sangkakala melengking di kurusetra
Tanda peperangan akan segera dimulai
Musim Semi Perlawanan
Adakah musim semi perlawanan telah tiba?
Apakah yang ditunggu-tunggu telah datang?
Kemarau panjang telah membakar segalanya
Hampir-hampir tidak ada lagi yang disisakan
Kemarau tak lagi mengenal tanah dan airnya
Meranggaskan dedaunan dan bunga-bunga
Kupu-kupu dan lebah terbakar terpanggang
Rumput dan ilalang mengering mengerang
Adakah musim semi perlawanan telah tiba?
Tak ada lagi yang masih dan harus ditunggu
Tanah air tak kuat menanggung kemarau ini
Perlawanan telah tiba tak bisa ditunda lagi
Rabbit Hole, 25 Februari 2025
____________________________________________________________________________________________________________
Biodata
Riwanto Tirtosudarmo, penyair kelahiran Tegal. Beberapa buku puisinya yang telah terbit antara lain Secangkir Kopi di Pagi Hari (2023), Di Galeri Sumbing (Media Nusa Creative, 2024), Mencari Revolusi (Tonggak Budaya, 2024), dan dalam proses kumpulan ke 4, Lorong Waktu. Saat ini sedang menempuh fulbright fellowship untuk intercultural/multicultural diversity studies di Universitas Boston.
Foto: jackjackpar
Post Comment