Danantara Alokasikan Rp180,8 Triliun untuk Hilirisasi Batubara, Fokus pada Proyek DME
Pemerintah Indonesia melalui Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, sovereign wealth fund baru yang diluncurkan pada Februari 2025, resmi mengalokasikan dana sebesar Rp180,8 triliun untuk mendukung proyek hilirisasi batubara. Dana ini merupakan bagian dari total Rp659,2 triliun yang disiapkan untuk tahap pertama program hilirisasi sumber daya alam, dengan proyek gasifikasi batubara menjadi dimethyl ether (DME) mendapatkan porsi terbesar.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa investasi ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor liquefied petroleum gas (LPG) yang nilainya mencapai Rp450 triliun per tahun. Pemerintah berupaya memanfaatkan sumber daya batubara yang melimpah guna menghasilkan dimethyl ether (DME) sebagai alternatif LPG, dengan Danantara sebagai pihak utama dalam pendanaan proyek ini.
Proyek gasifikasi batubara tersebut akan difokuskan di Sumatra Selatan dan Kalimantan Timur, melibatkan perusahaan lokal seperti PT Bukit Asam dan PT Kaltim Prima Coal (KPC). Pemerintah menegaskan bahwa pendanaan proyek tidak bergantung pada investor asing, melainkan hanya memanfaatkan teknologi dari luar negeri. Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan sektor swasta nasional, Danantara akan memastikan proyek ini dapat berjalan sesuai rencana.
Presiden Prabowo Subianto, yang menggagas pembentukan Danantara, menegaskan bahwa dana sebesar US$20 miliar (sekitar Rp306 triliun) telah disiapkan sebagai suntikan awal untuk mendukung berbagai proyek strategis, termasuk hilirisasi batubara. Dengan total aset yang dikelola mencapai US$900 miliar, Danantara diproyeksikan menjadi salah satu sovereign wealth fund terbesar di dunia.
Langkah ini mendapatkan beragam tanggapan. Sebagian pihak mendukung pemanfaatan batubara rendah kalori karena dianggap dapat meningkatkan nilai tambah serta memperkuat ketahanan energi nasional. Namun, ada pula kritik dari aktivis lingkungan yang menilai kebijakan tersebut tidak sejalan dengan komitmen transisi energi hijau yang didukung oleh Just Energy Transition Partnership (JETP) dengan nilai investasi sebesar US$20 miliar. Mereka menyoroti bahwa investasi besar di sektor batubara berisiko memperpanjang ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Meski demikian, pemerintah optimistis proyek ini akan menciptakan multiplier effect, seperti penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan target operasional mulai 2026, hilirisasi batubara diharapkan menjadi salah satu pilar transformasi industri Indonesia menuju ekonomi yang lebih mandiri.
Apa Itu DME?
Dimethyl Ether (DME) adalah senyawa kimia dengan rumus CH₃OCH₃ yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif. DME memiliki sifat mirip dengan LPG (Liquefied Petroleum Gas) tetapi lebih ramah lingkungan karena menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah saat dibakar. DME bisa diproduksi dari berbagai sumber, termasuk gas alam, biomassa, dan batubara, yang menjadi fokus utama di Indonesia mengingat cadangan batubara yang melimpah.
Latar Belakang Proyek DME di Indonesia
Indonesia mengimpor LPG dalam jumlah besar setiap tahun, mencapai sekitar 6-7 juta ton atau setara Rp450 triliun (berdasarkan estimasi harga pasar global). Padahal, Indonesia memiliki cadangan batubara yang sangat besar, terutama batubara rendah kalori (lignite) yang kurang diminati untuk ekspor atau pembangkit listrik konvensional. Proyek DME bertujuan untuk mengolah batubara ini melalui proses gasifikasi menjadi DME, yang kemudian dapat digunakan sebagai pengganti LPG untuk kebutuhan rumah tangga, industri, hingga pembangkit energi.
Proses Produksi DME dari Batubara
- Gasifikasi Batubara: Batubara diolah dalam reaktor gasifikasi dengan suhu dan tekanan tinggi menggunakan oksigen dan uap air. Proses ini menghasilkan syngas (campuran karbon monoksida/CO dan hidrogen/H₂).
- Pemurnian Syngas: Syngas dibersihkan dari kotoran seperti sulfur dan partikel lain agar sesuai untuk tahap sintesis.
- Sintesis DME: Syngas kemudian diproses melalui katalis khusus untuk menghasilkan DME. Proses ini biasanya melibatkan teknologi seperti methanol-to-DME atau direct synthesis.
- Distribusi: DME yang dihasilkan disimpan dalam tangki bertekanan dan didistribusikan sebagai bahan bakar cair, mirip dengan LPG.
Tujuan dan Manfaat Proyek
- Ketahanan Energi: Mengurangi ketergantungan pada impor LPG dengan memanfaatkan sumber daya lokal.
- Peningkatan Nilai Tambah: Mengubah batubara rendah kalori yang kurang bernilai menjadi produk bernilai tinggi.
- Ekonomi: Menciptakan lapangan kerja baru, terutama di daerah penghasil batubara seperti Sumatra Selatan dan Kalimantan Timur.
- Efisiensi Lingkungan: Meski berbasis batubara, DME menghasilkan emisi lebih rendah dibandingkan pembakaran batubara langsung, menjadi solusi transisi sebelum beralih sepenuhnya ke energi terbarukan.
Implementasi di Indonesia
Proyek DME pertama kali diwujudkan melalui kerja sama antara PT Bukit Asam (PTBA), Pertamina, dan mitra teknologi asing seperti Air Products (meskipun Air Products sempat mundur pada 2023). Salah satu proyek percontohan berlokasi di Tanjung Enim, Sumatra Selatan, dengan target produksi awal 1,4 juta ton DME per tahun untuk menggantikan sekitar 1 juta ton impor LPG. Investasi untuk proyek ini diperkirakan mencapai miliaran dolar, dan dengan masuknya Danantara sebagai pendana utama pada 2025, proyek ini dipercepat dengan target operasional penuh pada 2026-2027.
Tantangan
- Teknologi: Indonesia masih membutuhkan transfer teknologi dari negara lain untuk proses gasifikasi dan sintesis yang efisien.
- Lingkungan: Meskipun DME lebih bersih dibanding batubara langsung, penggunaan batubara tetap menuai kritik dari kalangan yang mendorong energi hijau.
- Biaya Awal: Investasi besar diperlukan untuk infrastruktur, termasuk pabrik gasifikasi dan distribusi.
Prospek Masa Depan
Jika berhasil, proyek DME bisa menjadi model hilirisasi sumber daya alam lainnya di Indonesia, seperti nikel atau bauksit. Pemerintah menargetkan DME dapat memenuhi 20-30% kebutuhan LPG nasional dalam dekade mendatang, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain energi berbasis sumber daya lokal.
Sumber: Bisnis, Kontan, Reuters, Chanel News Asia, Indonesia at Melbourne
AI: Grok, ChatGPT
Post Comment