Demonstrasi di Pati
Gelombang demonstrasi besar-besaran yang terjadi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, pada Rabu (13/8/2025) berubah ricuh, meninggalkan ratusan warga dan sejumlah aparat keamanan terluka. Aksi yang menuntut Bupati Pati Sudewo mundur dari jabatannya ini memuncak setelah situasi memburuk di Alun-alun Pati, memicu respons keras dari polisi dengan penggunaan gas air mata dan meriam air.Demonstrasi ini dipicu oleh kebijakan kontroversial, termasuk rencana kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hingga 250% yang akhirnya dibatalkan, serta sejumlah kebijakan lain seperti sistem lima hari sekolah dan penggabungan sekolah yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) guru honorer. Meski Sudewo telah meminta maaf dan membatalkan kebijakan PBB, massa tetap menuntut pengunduran dirinya, dengan alasan sikap arogannya yang memicu kemarahan publik.
Aksi yang awalnya damai pada pagi hari berubah tensi tinggi saat Bupati Sudewo menemui massa. Dilaporkan, ia dilempari botol, sandal, bahkan tomat busuk, sebelum akhirnya melarikan diri ke dalam mobil Brimob. Ketegangan memuncak ketika massa berusaha merusak pagar dan kaca Kantor Bupati, serta membakar sebuah mobil polisi. Polisi kemudian menembakkan gas air mata dan menyemprotkan air dari water cannon untuk membubarkan kerumunan, menyebabkan kekacauan di sekitar lokasi.
Berdasarkan laporan terbaru, sebanyak 64 orang dirawat akibat dampak gas air mata, dengan enam di antaranya menjalani perawatan inap di RSUD RAA Soewondo dan fasilitas kesehatan lain. Tujuh anggota polisi, termasuk Kapolsek Pati Kota yang mengalami luka di kepala akibat lemparan batu, juga menjadi korban. Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Artanto, membantah adanya korban jiwa, meskipun kabar hoaks sempat menyebar di media sosial.
DPRD Pati merespons dengan membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk menyelidiki kasus ini, menandakan langkah serius terhadap tuntutan pelengseran Sudewo. Namun, Bupati menegaskan ia tidak akan mundur, dengan alasan jabatannya konstitusional dan dipilih secara demokratis. Sementara itu, situasi di Pati mulai kondusif pada Kamis pagi (14/8/2025), dengan aparat masih berpatroli untuk menjaga stabilitas.
Warga setempat berharap konflik ini segera diselesaikan melalui dialog, sementara spekulasi tentang adanya provokasi politik terus bermunculan. Hingga saat ini, belum ada keputusan pasti mengenai nasib kepemimpinan Sudewo di tengah tekanan massa yang masih mengancam menduduki Alun-alun hingga tuntutan mereka terpenuhi.
Sumber: Suara, Tirto, Tribun News
AI: Grok
Post Comment