Belajar dari KiVa, Strategi Melawan Perundungan di Finlandia
KiVa lahir dari lanskap Finlandia
Finlandia menempatkan kesejahteraan murid sebagai mandat hukum pendidikan dasar. Di atas fondasi itulah tim Psikologi Pendidikan Universitas Turku mengembangkan KiVa (singkatan Finlandia dari Kiusaamista Vastaan—“melawan perundungan”), dengan pendanaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sejak pilot 2007–2009, KiVa digulirkan secara nasional dan kini menjadi salah satu program anti-bullying yang paling sering dievaluasi di dunia.
Inti desain: menggeser norma kelompok, bukan “menyembuhkan” individu semata
KiVa memandang bullying sebagai perilaku kelompok: pelaku mencari dukungan sosial (tawa, sorak, diamnya penonton), sehingga yang diubah adalah norma dan peran saksi. Arsitektur KiVa terdiri dari dua gugus tindakan:
- Universal (pencegahan) — rangkaian pelajaran bertahap untuk kelas 1–9 (ditekankan lagi di kelas 1, 4, 7), materi visual/video, gim daring kooperatif untuk mengajarkan empati, peran saksi, dan cara aman membela, serta bahan komunikasi orang tua. Instrumen survei daring dipakai untuk memantau iklim kelas dan visibilitas program (rompi/poster, presentasi sekolah).
- Terindikasi (intervensi kasus) — Tim KiVa sekolah (biasanya guru wali, konselor/pekerja sosial, wakil kepala) menerapkan protokol investigasi yang ketat: wawancara korban–pelaku–saksi, rencana keselamatan, komitmen perubahan perilaku, dan tindak lanjut 1–2 minggu sampai gejala berhenti. Pendekatan ini menggabungkan dukungan psikososial individual dengan rekayasa norma di kelas.
Bagaimana praktiknya berjalan di sekolah (alur nyata yang dibakukan)
Bayangkan satu insiden dilaporkan lewat kanal sekolah. Hari itu juga koordinator KiVa menandai level risiko dan membentuk tim kecil. Mereka:
- Mengumpulkan keterangan dengan panduan pertanyaan standar KiVa; menyusun safety plan untuk korban (zona aman, pendamping sebaya, titik cek-in).
- Pertemuan terstruktur dengan pelaku berfokus pada konsekuensi sosial—bukan mempermalukan—seraya menetapkan target perilaku spesifik dan jadwal evaluasi.
- Intervensi kelas (mini-lesson) untuk menggeser norma: memberi bahasa untuk “membela dengan aman”, menandai apa yang tak boleh dinormalisasi, dan melatih pelaporan dini.
- Tindak lanjut 1–2 minggu: observasi, survei singkat, dan penyesuaian rencana. Jika terdeteksi kecemasan/depresi, korban dan/atau pelaku dirujuk ke layanan kesejahteraan murid (psikolog, pekerja sosial, perawat sekolah)—akses yang dijamin oleh kerangka layanan siswa Finlandia.
Peran pekerja sosial/layanan kesejahteraan murid
Di Finlandia, korban dan pelaku berhak atas layanan kesejahteraan murid, bahkan setelah insiden berhenti. Pekerja sosial sekolah mengisi celah antara kelas, keluarga, dan layanan spesialis: menilai risiko, menyiapkan rencana keselamatan, memfasilitasi konferensi orang tua, dan—bila perlu—menghubungkan ke psikolog klinis/layanan komunitas. Mereka juga membantu kepala sekolah menjaga fidelitas implementasi (kehadiran pelajaran KiVa, tindak lanjut tepat waktu, dokumentasi).
Apa yang membuat KiVa efektif (menurut riset)
Bukannya mengandalkan sanksi keras, KiVa mengeringkan “bahan bakar sosial” bagi pelaku: tertawaan dan validasi teman. Riset uji acak terkontrol (RCT) berskala nasional (117 sekolah intervensi dan 117 kontrol) menunjukkan penurunan konsisten pada viktimisasi dan perilaku membuli—efek paling kuat di kelas 4–6, dan cenderung lebih kecil/bercampur di kelas 7–9. Dampak tambahan: meningkatnya “defending behavior” (membela korban), serta perbaikan indikator kesejahteraan (kecemasan/depresi lebih rendah, liking sekolah meningkat). Replikasi berskala besar di luar Finlandia menguatkan temuan inti sambil menyorot kasus persisten yang memerlukan dukungan intensif.
Angka kunci: Setelah 9 bulan implementasi, analisis multilevel menunjukkan manfaat pada 7 dari 11 indikator utama—termasuk pengurangan viktimisasi self-report dan peer-report. Pada fase gulir nasional pertama, estimasi menunjuk penurunan ribuan kasus siswa yang membuli maupun menjadi korban dalam satu tahun ajaran.
Di balik “dapur” implementasi: materi dan tata kelola
KiVa menyediakan paket lengkap agar sekolah tidak berimprovisasi sendirian: manual guru, materi presentasi, video, gim daring kooperatif, panduan/orat-surat untuk orang tua, form investigasi, survei daring (murid & staf) untuk pemantauan, serta instruksi menjaga kualitas implementasi. Di Finlandia, ketersediaan paket ini dipadu pengawasan mutu dari tim KiVa Universitas Turku (pelatihan, pendampingan, pemantauan fidelitas), sehingga praktik antar-sekolah relatif konsisten.
Batasan dan pembelajaran
Dua catatan penting dari bukti lintas studi. Pertama, tingkat menengah-akhir (kelas 7–9) memerlukan penguatan berbeda: dinamika status/popularitas remaja membuat strategi universal kurang menggigit tanpa komponen terarah (mentoring sebaya yang kredibel, intervensi status-sensitive). Kedua, sebagian kecil korban persisten tidak pulih hanya dengan norma kelas; mereka memerlukan kombinasi dukungan klinis, penyesuaian lingkungan belajar, dan monitoring jangka panjang. Temuan-temuan ini bukan “cacat desain”, melainkan kompas untuk penyempurnaan.
Mengapa pendekatan KiVa relevan di mana pun
Pelajaran terbesarnya adalah mengubah perilaku penonton. Saat kelas punya kosakata dan skema bertindak untuk membela korban (bukan sekadar “jangan membuli”), pelaku kehilangan audiens. Itulah mengapa metrik “defending” kini menjadi indikator kinerja penting dalam evaluasi sekolah—dan riset terbaru menautkannya dengan status pertemanan/popularitas sehingga strategi perlu disetel dengan cermat pada struktur sosial tiap kelas.
Rekomendasi operasional (bila diadopsi di Indonesia)
- Jaga integritas paket: pelajaran berurutan + gim + komunikasi orang tua + protokol kasus.
- Pastikan tim sekolah mencakup pekerja sosial/konselor yang punya wewenang rujukan cepat ke layanan kesehatan mental anak.
- Terapkan survei iklim minimal tiap semester untuk membaca norma, bukan menunggu insiden.
- Siapkan modul remaja yang peka status (kelas 7–9): mentor sebaya bereputasi baik, latihan “membela aman” yang relevan konteks digital, dan tangga konsekuensi yang konsisten.
Sumber: KiVa https://www.kivaprogram.net/
AI: ChatGPT



Post Comment