China Perkuat Dominasi Laut Lepas dengan Pengoperasian Kapal Induk Fujian

China Perkuat Dominasi Laut Lepas dengan Pengoperasian Kapal Induk Fujian

China baru saja memasuki era baru dalam pengembangan angkatan lautnya melalui pengoperasian kapal induk terbaru bernama Fujian, yang secara resmi dikomisionerkan pada awal November 2025. Kapal ini bukan hanya tambahan armada, melainkan simbol kemajuan teknologi militer domestik yang pesat, memungkinkan Beijing untuk memperluas jangkauan operasinya ke wilayah samudra terbuka di Pasifik, jauh dari pantai timurnya. Sebagai kapal induk ketiga dalam inventaris Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Navy, Fujian menandai transisi dari ketergantungan pada desain asing ke kemandirian penuh dalam pembuatan aset strategis kelas dunia, sejalan dengan visi jangka panjang untuk membangun kekuatan laut yang setara dengan rival utamanya.

Dari segi desain dan konstruksi, Fujian mewakili lompatan signifikan dibandingkan dua pendahulunya, Liaoning dan Shandong. Kapal-kapal sebelumnya mengandalkan sistem peluncuran ski-jump yang sederhana, di mana pesawat harus mengandalkan dorongan sendiri untuk lepas landas, membatasi beban muatan dan jarak operasional. Fujian, yang mulai dibangun pada Maret 2017 di galangan kapal Jiangnan di Shanghai, diluncurkan pada Juni 2022 dan menjalani uji laut intensif sejak Mei 2024. Panjangnya mencapai sekitar 316 meter dengan perpindahan air sekitar 80.000 ton, kapal ini mampu mengakomodasi hingga 40-50 pesawat tempur, termasuk varian jet canggih. Yang paling mencolok adalah adopsi sistem peluncuran elektromagnetik (EMALS), teknologi canggih yang hanya dimiliki oleh kapal induk kelas Ford milik Angkatan Laut Amerika Serikat. Sistem ini menggunakan energi elektromagnetik untuk melempar pesawat dengan kecepatan lebih tinggi dan kontrol yang lebih presisi, mengurangi keausan pada mesin jet dan memungkinkan peluncuran pesawat berbobot lebih berat dengan muatan bahan bakar serta senjata penuh.

Kapabilitas operasional Fujian semakin ditingkatkan oleh dek penerbangan panjang penuh yang dilengkapi tiga landasan peluncur paralel, memfasilitasi operasi simultan lepas landas dan pendaratan. Selama uji coba lautnya, kapal ini berhasil meluncurkan dan mendaratkan berbagai jenis pesawat, termasuk jet tempur siluman generasi kelima J-35 yang dirancang khusus untuk operasi kapal induk, jet serang berat J-15T dengan kemampuan multirole, serta pesawat pengawas udara dini KJ-600 yang vital untuk deteksi ancaman jarak jauh. Kemampuan ini memberikan Fujian fleksibilitas taktis yang superior, seperti mendukung misi pengintaian, serangan presisi, dan pertahanan udara di lautan terbuka. Meski demikian, analis militer Barat mencatat bahwa kapal ini masih memiliki keterbatasan, seperti hanya dua elevator pesawat (dibanding tiga pada kelas Ford) dan kurangnya kemampuan peluncuran serta pendaratan bersamaan sepenuhnya, yang berpotensi memperlambat tingkat sortasi pesawat dibandingkan armada AS yang lebih matang.

Pengoperasian Fujian tidak lepas dari konteks geopolitik yang tegang. China, yang kini memiliki angkatan laut terbesar di dunia berdasarkan jumlah kapal (lebih dari 370 unit), semakin agresif dalam mempertahankan klaim teritorialnya di Laut China Selatan, Selat Taiwan, dan Laut China Timur. Kapal ini dirancang untuk memproyeksikan kekuatan ke wilayah-wilayah sengketa tersebut, di mana ketegangan dengan negara tetangga seperti Filipina, Vietnam, dan Taiwan terus meningkat. Nama Fujian sendiri, yang merujuk pada provinsi China yang menghadap Taiwan, seolah menjadi peringatan simbolis bagi Taipei, di tengah latihan militer rutin Beijing yang mensimulasikan blokade pulau tersebut. Upacara pengomisionan yang digelar di pangkalan Yulin, Pulau Hainan, pada 5 November 2025, dipimpin langsung oleh Presiden Xi Jinping, yang memeriksa dek kapal dan memuji awaknya sebagai pahlawan modern. Langkah ini sejalan dengan reformasi militer besar-besaran Xi sejak 2012, yang menargetkan modernisasi penuh PLA pada 2035 dan status “kelas dunia” pada 2049—peringatan ulang tahun ke-100 Partai Komunis China.Dari perspektif global, peluncuran Fujian mempercepat persaingan naval dengan Amerika Serikat, yang masih unggul dengan 11 kapal induk aktif dan pengalaman operasional puluhan tahun. Laporan Pentagon terbaru menyoroti China sebagai satu-satunya pesaing yang memiliki niat dan kapasitas untuk mengubah tatanan internasional, dengan armada Beijing yang terus bertambah cepat. Namun, tantangan internal seperti integrasi sistem EMALS yang kompleks dan pelatihan kru untuk operasi skala besar masih menjadi hambatan bagi kesiapan tempur penuh Fujian, yang diperkirakan baru optimal pada 2026-2027. Bagi sekutu AS di Indo-Pasifik, seperti Jepang dan India yang juga sedang mengembangkan kapal induk mereka sendiri, kehadiran Fujian memicu perlombaan senjata baru, dengan Tokyo mengonversi kapal helikopternya menjadi platform F-35B dan New Delhi menambahkan jet Rafale ke armadanya.

Secara keseluruhan, Fujian bukan sekadar kapal perang, melainkan manifestasi ambisi China untuk menjadi kekuatan maritim dominan. Dengan kemampuannya meluncurkan jet siluman dan mengawasi horizon luas, kapal ini memperkuat posisi Beijing di panggung dunia, sambil memicu kekhawatiran akan eskalasi konflik regional. Pengembangan lanjutan, termasuk kapal induk nuklir generasi berikutnya, menjanjikan era baru di mana Laut Lepas menjadi arena utama perebutan pengaruh.

Post Comment