The Posthuman

The Posthuman

Rosi Braidotti adalah seorang filsuf kontemporer yang dikenal luas atas kontribusinya dalam bidang teori feminisme, posthumanisme, dan humaniora kritis. Lahir di Italia pada tahun 1954, Braidotti tumbuh besar di Australia dan kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Sorbonne, Paris. Karier akademiknya berkembang di Eropa, khususnya di Universitas Utrecht, Belanda, di mana ia menjabat sebagai profesor dalam bidang humaniora. Pemikiran Braidotti sering kali menjembatani disiplin ilmu, menggabungkan tradisi filsafat Eropa dengan teori feminisme dan kajian budaya. Buku The Posthuman yang diterbitkan pada tahun 2013 merupakan salah satu karya utamanya yang mengeksplorasi pergeseran paradigma dalam pemikiran kontemporer tentang manusia, teknologi, dan ekologi.

Buku The Posthuman ditulis dalam konteks dunia yang semakin dipengaruhi oleh globalisasi, perubahan iklim, dan perkembangan teknologi yang pesat. Di awal abad ke-21, muncul tantangan besar terhadap konsep tradisional tentang kemanusiaan, terutama dengan hadirnya teknologi seperti kecerdasan buatan, bioteknologi, dan internet. Dalam buku ini, Braidotti menawarkan kerangka kerja posthumanisme sebagai respons terhadap krisis antropologi yang disebabkan oleh dominasi pandangan humanisme tradisional. Ia mengkritik gagasan humanisme yang menempatkan manusia sebagai pusat dari segala sesuatu dan mengabaikan hubungan kompleks dengan non-manusia, termasuk hewan, mesin, dan lingkungan.

Pendekatan Braidotti terhadap posthumanisme juga dipengaruhi oleh tantangan yang dihadapi feminisme dalam menghadapi era baru ini. Feminisme sebelumnya telah banyak berfokus pada persoalan gender dan patriarki, tetapi kini harus memperluas cakupan analisisnya untuk mencakup dimensi teknologi dan ekologis. Dalam buku ini, Braidotti menggabungkan analisis kritis terhadap tradisi filsafat Barat dengan pandangan-pandangan baru yang lebih inklusif dan interdisipliner. Dengan demikian, The Posthuman menjadi sebuah manifesto intelektual yang mengajak pembacanya untuk memikirkan kembali apa artinya menjadi manusia di era kontemporer.

Latar belakang buku ini tidak dapat dipisahkan dari perkembangan kajian posthumanisme secara umum. Pada saat buku ini ditulis, diskusi tentang posthumanisme telah berkembang di berbagai bidang, termasuk filsafat, kajian budaya, dan studi lingkungan. Braidotti memposisikan dirinya dalam tradisi pemikiran yang menolak dualisme Cartesian antara tubuh dan pikiran, manusia dan alam, serta manusia dan teknologi. Ia menawarkan visi alternatif yang mengakui keterhubungan dan saling ketergantungan semua bentuk kehidupan di planet ini. Dengan gaya penulisan yang provokatif dan berwawasan luas, Braidotti berhasil membawa pembaca untuk mempertanyakan asumsi-asumsi dasar tentang identitas, subjek, dan keberlanjutan.

Dalam The Posthuman, Braidotti mengembangkan beberapa konsep kunci yang menjadi dasar pemikirannya. Salah satu konsep utama adalah kritik terhadap humanisme tradisional. Menurut Braidotti, humanisme telah lama mendefinisikan manusia sebagai makhluk rasional dan otonom yang terpisah dari alam dan makhluk lainnya. Ia menulis, “Humanisme tradisional cenderung memperkuat hierarki yang tidak adil antara manusia dan non-manusia” (Braidotti, 2013). Contoh konkret dari kritik ini adalah bagaimana eksploitasi lingkungan sering kali dibenarkan atas nama kemajuan manusia. Dalam pandangan posthumanisme, manusia tidak lagi dilihat sebagai pusat, melainkan sebagai bagian dari jaringan kehidupan yang lebih besar.

Konsep kedua adalah gagasan tentang subjek posthuman. Braidotti mendefinisikan subjek posthuman sebagai entitas yang tidak lagi terbatas pada tubuh biologis, tetapi melibatkan interaksi dengan teknologi dan lingkungan. Ia menyatakan, “Subjek posthuman adalah keberadaan hibrid yang melampaui batas-batas tradisional antara tubuh dan mesin” (Braidotti, 2013). Sebagai contoh, perkembangan teknologi prostetik dan augmentasi tubuh menunjukkan bagaimana manusia kini dapat melampaui batas-batas biologis mereka. Hal ini mencerminkan perubahan radikal dalam cara kita memahami identitas dan keberadaan manusia.

Selain itu, Braidotti juga menekankan pentingnya hubungan etis dengan non-manusia. Ia mengajak pembaca untuk mempertimbangkan kembali hubungan kita dengan hewan, tumbuhan, dan lingkungan. Dalam pandangannya, “Posthumanisme menuntut kita untuk mengembangkan etika yang inklusif, yang menghargai semua bentuk kehidupan” (Braidotti, 2013). Contoh nyata dari gagasan ini adalah gerakan veganisme dan advokasi hak-hak hewan, yang mencerminkan upaya untuk menghormati kehidupan non-manusia dalam praktik sehari-hari.

Gagasan lain yang penting dalam The Posthuman adalah kritik terhadap kapitalisme global. Braidotti mengamati bagaimana teknologi sering kali digunakan untuk memperkuat eksploitasi ekonomi dan ketidakadilan sosial. Ia menulis, “Kapitalisme global menciptakan ketimpangan baru yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di planet ini” (Braidotti, 2013). Sebagai contoh, industri teknologi sering kali bergantung pada tenaga kerja murah di negara-negara berkembang dan penggunaan sumber daya alam yang merusak lingkungan. Dalam konteks ini, posthumanisme menawarkan perspektif kritis yang dapat membantu kita memahami dampak negatif dari sistem ekonomi yang tidak berkelanjutan.

Braidotti juga membahas pentingnya imajinasi dan kreativitas dalam menghadapi tantangan-tantangan global. Ia percaya bahwa seni dan budaya dapat menjadi alat yang ampuh untuk membayangkan masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. “Seni adalah medium yang memungkinkan kita untuk melampaui batas-batas realitas saat ini dan membayangkan kemungkinan baru,” tulisnya (Braidotti, 2013). Sebagai contoh, karya-karya seni kontemporer yang menggabungkan teknologi dan ekologi sering kali menginspirasi diskusi tentang hubungan antara manusia dan lingkungan.

Dalam kesimpulannya, Braidotti mengajak kita untuk memikirkan kembali identitas dan tanggung jawab kita sebagai manusia dalam dunia yang terus berubah. Ia menulis, “Posthumanisme bukan hanya sebuah teori, tetapi juga sebuah etos yang menuntut kita untuk hidup dengan cara yang lebih sadar dan bertanggung jawab” (Braidotti, 2013). Dengan memahami keterhubungan kita dengan semua bentuk kehidupan, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan.

Sebagai refleksi, The Posthuman adalah sebuah panggilan untuk bertindak, untuk melihat melampaui batas-batas tradisional yang telah mendefinisikan manusia selama berabad-abad. Braidotti menawarkan visi yang penuh harapan tentang bagaimana kita dapat hidup berdampingan dengan teknologi dan alam, tanpa mengorbankan nilai-nilai keadilan dan keberlanjutan. Buku ini adalah kontribusi penting dalam diskusi global tentang masa depan kemanusiaan di era posthuman.

Daftar Pustaka:

  • Braidotti, Rosi. The Posthuman. Polity Press, 2013.

Post Comment